Wednesday, March 14, 2007

Payobasung dalam Sejarah Indonesia

LIMAPULUH KOTA,
Pelaksanaan peringatan sejarah perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), janganlah dilakukan sekadar seremonial belaka. Sebab kalau tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh, dapat menyamarkan dan menghilangkan makna dari perjuangan PDRI tersebut.

Hal ini dikemukakan Ferizal Ridwan, Ketua II Peringatan Perjuangaan PDRI tingkat Kabupaten Limapuluh Kota, ketika melepas peserta Napak Tilas PDRI di lapangan sepakbola Halaban, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Minggu (17/12). "Peringatan perjuangan PDRI akan menambah wawasan kita semua tentang sejarah bangsa yang pernah ada di daearah ini,”ucapnya.

Komentar senada ikut dilontarkan Sekdakab Limapuluh Kota, N Ben Yuza. Malah, sebut Ben Yuza, kalau cuma menganggap perayaan tadi seremonial, peringatan PDRI bakal tak berarti. Serta tak ubahnya dengan menikmati pasar malam.

"Kalau proyek pasar malam, pelaksana cuma mengejar untung dan pengunjung. Jangan samakan dengan peringatan PDRI. Yang notabene bertujuan menjadikan perjuangan pahlawan (kandungan nilai-nilai patriotisme) sebagai rangkaian penting sejarah nasional," tukasnya.

Gelaran pelaksanaan Napak Tilas PDRI tersebut, diikuti ratusan pemuda dan pelajar Limapuluh Kota.
Melewati 2 rute yang diawali dari Nagari Halaban menuju daerah-daerah tempat persinggahan (jalur) pejuang PDRI. Yakni; Labuah Basilang, Tiakar Payobasung, Koto Baru Payobasung, Tanjung Pati, Lubuak Batingkok, Batu Nan Limo, Simalanggang, Taeh, Mungka hingga Padang Japang. Rute kedua; Labuah Basilang, Ibuah, Padang Tinggi, Tolang, Sungai Baringin, Piobang, Bukik Apik, Simpang Sungiran, Suayan, dan Pauah Sangik.

Sesampai di Padang Japang dan Pauh Sangik, para peserta beristirahat dan berdiskusi seputar PDRI. Setelah itu mereka akan berangkat menuju Koto Tinggi, Kecamatan Gunuang Omeh untuk upacara bendera pada 19 Desember. (tos) [PosMetro]

No comments: