Tuesday, September 18, 2007

Rindu Payobasuang

Kokok ayam mengiringi pagi. Rerumputan masih basah karena embun dari semalam. Matahari masih terlihat malas keluar dari peraduannya. Gerimis pagi membasahi jalan, “ande-ande” mulai menyiapkan sarapan buat keluarga. Pagi yang indah di naungi pelangi. Terlihat rombongan berlari-lari kecil menuju mesjid, siap untuk bersujud ke hadapan illahi. Sebagian ada yang mulai membuka “lopou”nya, untuk menanti sang pelanggan yang akan sarapan dangan “kotan jo goreng pisang“. Sebuah tradisi atau kebiasaan sosialisasi turun temurun dengan “maota” menunggu sang mentari menampakkan keceriaannya.
Saat bekerja pun tiba. “Sabik jo pangkuOh” siap dijadikan senjata untuk mengolah tanah yang subur. Siap mengolah sawah yang walaupun sekarang mulai dikuasai oleh segelintir orang. Indahnya alam merangsang semangat untuk bekerja. Diapit dua sungai sebelah kanan “batang agam” sebelah kiri “batang sukali”. Dikelilingi oleh bukit yang setia menjadi benteng untuk kampung. Ado bukik Godang, bukik Angek sampei ka bukik Sambek.

Hmmm… PAYOBASUANG?!! Entah kenapa hari ini saya teringat akan “engkau”, saya ingat kenangan-kenangan manis waktu masih bersama mu. Waktu mandi di batang Agam atau batang Suakali. Waktu maen bola di lapangan Sakubang, di lapangan Pangumbuek atau di lapangan Koto Baru.

Pergi kesekolah dengan jalan kaki atau bersepeda adalah salah satu hal yang tidak mungkin aku lupakan. dan malam-malam yang sering aku lewati dengan seni “randai, saluang atau rabab”

Oh…iya, sandiwara…! Sandiwara malam menampilkan “artis-artis”dari Payobasuang sendiri. (ha ha ha…. INDAH!!!) Ajang untuk masa muda “mancaRi cangkirieng”

Ingin juga rasanya berjalan lagi di menyusuri jalan-jalan kampuang, ingin rasanya “tojun padek” lagi di batang Agam atau batang Sukali, atau naik ke punggung kerbau.

Apa karena engkau “ibu” dari anak-anak Payobasuang itu sendiri, yang membuat kami rindu terhadapmu, kau telah memberikan dirimu untuk tempat berpijak dan bermain kaki-kaki kecil kami, engkau telah memberi kami makan dengan tanah mu yang subur, dengan sabar engkau menunggui kami yang harus keluar dari pangkuanmu untuk mencari kehidupan yang di bilang “layak”.

Banyak sudah “engkau” menciptakan anak-anak yang berhasil, baik itu materi, pemikiran atau jabatan. kau selalu tersenyum setiap kami tanya “marah ngga… kalau kami melupakanmu?”, dengan sabar engkau selalu berkata akan menunggu kami, kalau kami pulang untuk melihat mu, untuk merasakan udara mu yang jauh dari polusi dan merasakan dinginnya malammu.

Terima kasih “Payobasuang” yang telah setia menjadi “ibu” dari kami anak-anak Payobasuang… Tahun ini saya berjanji untuk pulang ke pelukanmu, saya ingin merasakan kembali nostalgia lama yang mulai terlupakan karena kesibukan yang selalu membuat saya tidak merasa puas, saya akan coba untuk mengajak anak-anakmu yang lain..

OH iya bertepatan dengan lebaran tahun ini… beberapa orang anak-anakmu mencoba untuk mengajak saudara-saudaranya untuk “PULANG KAMPUANG BASAMO”, akan berusaha membuat mu “tersenyum” dengan rangkain acara-acara yang sudah direncanakan sedemikian rupa. Dan satu lagi janji mereka “AKAN MEMBANGKITKAN NOSTALGIA INDAH” dan “KENANGAN-KENANGAN MANIS “masa muda dan masa kecil kami waktu di pangkuanmu “ibu” kami PAYOBASUANG tercinta. HMMM… kesempatan ini harus aku ambil, aku harus pulang lebaran tahun ini !!! Itu janjiku.

Penulis: Riko - Tinggal di Pondok Labu Jaksel

1 comment:

Anonymous said...

Onde tu yo lomak carito nyo de a, takono bona jo kampuang kini, nyak lah 11 tahun mahantau, kok lai dapek pulang 1 kali sataun, itu pun 3 ahi dihuma. Semoga payobasuang semakin maju untuk kamuko nyo. By. Aad anak epi caniago. Adiak dari mega, megi, nanda.