Thursday, March 30, 2006

MancaRi Komandan.


Baran (Jakarta)
Bicara tentang potensi sumber daya manusia, rasanya Payobasung, negeri kita tercinta bukan lagi tergolong yang tertinggal. Baik dari kalangan pengusaha, pegawai negeri, karyawan swasta maupun profesional seperti guru, dosen, dokter, wartawan, pengacara, akuntan, bankir, sampai dengan pelaut, seniman, bintang film/sinetron, sutradara dan juga akademisi.
Sarjana? Ooo banyaaak…! Sarjana Ekonomi, Sarjana Hukum, Sarjana Sosial, Sarjana Pendidikan, Sarjana Teknik alias Insinyur. Wow…! Ada juga yang sudah Master (Sarjana Strata 2) bahkan ada yang sudah menyandang gelar Doktor (Dr.)
Semua potensi itu tersebar di seantero Nusantara ini; Jakarta, Medan, Pekanbaru, Jogya, Manado, Pontianak dan Padang – Payakumbuh tentunya. Dan ada yang di Trengganu, negeri Jiran Malaysia. Ndak ado nan kuRang lei, Rasoh eh. Yo bona lah cukuk.!
Terakhir, yang sungguh-sungguh sangat mengagumkan, putera terbaik Payobasuang menjadi Walikota Payakumbuh. Bukankah semua ini sesuatu yang sangat luar biasa. Tak kalah luar biasanya ada anak Nagari yang sebentar lagi akan menjadi Guru Besar di sebuah Perguruan Tinggi di Malaysia.
Pertanyaannya, apa yang telah kita berikan untuk negeri kita? Mengutip kata bijak seorang Presiden Amerika Jhon F. Kennedy, “Jangan tanya apa yang telah diberikan negeri kepada mu – tetapi tanyalah apa yang telah engkau berikan kepada negeri mu”. Apakah anak nagari – nan kinilah jadi uRang tidak lagi peduli dengan kampung halamannya? Ooo tidaaak…! Anda salah kalau menuduh begitu. Saya atau lebih tepatnya kami (Tim Redaksi Baran) sudah menjajagi dan menggali manusia-manusia luar biasa dari Payobasuang – Koto Panjang dan Koto Baru. Belum lagi kalau kita ikutkan Tiakar. Benar-benar LUAR BIASA. Apa kata mereka? Tidak lain sama seperti yang saya, kami, anda dan kita semua harapkan. Mereka sangat peduli dengan nagari-nya. Mereka cinta dengan nagari-nya. Namun persoalannya mungkin terletak pada Leadership, kepemimpinan. Sia nan ka ma-eloh. Belum ada yang terang-terangan berani menyatakan, “Saya Siap Jadi Komandan”. Mungkin karena dihantui bahwa urusan seperti ini “kerja sosial” - ndak ado pitih masuek eh deh. Kan iko pulo geh…!
Tapi tidak semuanya, masih banyak pula yang bersedia melakukan kerja sosial dalam membangun kampuang halaman. Karena yang dibutuhkan adalah “Leader” tentunya dapat mengayomi, mengakomodasi, diterima, diikuti dan diakui semua pihak. Kalau tidak? Ooo….ntahlah…!
Kita tahu bahwa warga kita adalah masyarakat yang cerdas, pintar dan kritis. Lihatlah! Bila ada sesuatu yang baru maka dengan cepat orang-orang akan segera bertanya, Ada Apa? Apo pulo tu? Ah… ikonan ndak tahan. Karena urusan yang “satu” ini banyak pribadi-pribadi yang sudah tertarik dan berminat akhirnya menahan diri, mancoliek situasi, eh…lama-lama tidak tertarik lagi. Apalagi, kalau bukan Cime’eh.
“Kan iyo kecek Rang Tuo kito Di agak dow mangko Diagieh”, kata seorang teman ketika berdiskusi dengan kami beberapa waktu lalu. Dek agak ka agak, indak ado nan manjadi deh. Akhirnya potensi yang luar biasa itu tak pernah muncul ke permukaan, sehingga memberikan manfaat bagi orang banyak.
Mungkin setelah membaca renungan ini ada yang tergugah, kami – Tim Baran – siap menjadi mediator – penyambung lidah dan menampung visi dan misi pembaca untuk menemukan siapa Komandan Pilihan Kita. Karena kalau sudah kita bersama yang memilih tentunya kita juga sudah sepakat mendukung Program Kerjanya. Atau barangkali sudah ada yang tidak lagi malu-malu dan mau mencalonkan diri? Tentunya sangat kita tunggu. [dick]

No comments: